Minggu, 22 Agustus 2010

"Topik lainnya untuk dibaca mengenai Bengkulu, silakan dibaca ;)"

copas catatan Azhari Kahfi,

Saya kembali menulis (atau mengetik ya?) tentang sebuah topik hangat lainnya, bertepatan dengan diselenggarakannya sebuah acara besar yang sangat prestisius di Provinsi Bengkulu, yaitu MTQN (Musabaqoh Tilawatil Qur'an Nasional) ke-XXIII yang akan dibuka langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan dihadiri oleh orang-orang Super VVIP di negeri ini, sebuah acara yang tentunya akan bersejarah sekali. Walau saya sedang berada di Bandung saat ini, gaung acara besar ini terasa sampai ini.

Banyak sekali dampak yang saya yakini akan hadir ketika acara ini diselenggarakan. Pertama, tentu saja harga tiket pesawat semua maskapai penerbangan melonjak tajam menjadi harga yang luar biasa GILA. Anda bisa menemukan harga selembar e-itenary ticket diatas Rp 1.000.000,-, yang kemudian menggagalkan keinginan saya untuk pulang ke Bengkulu.
(Bahkan, saking inginnya saya berangkat pulang ke Bengkulu, pernah terlintas di dalam benak saya untuk membooking sebuah becak dari Bandung ke Bengkulu dengan harga Rp 500.000,- , hanya untuk sekedar menonton pembukaan MTQ :)

Yang kedua, tentu saja dari sektor perekonomian. Bengkulu akan sangat banyak meraup untung dari sektor ini, mengingat akan hadirnya ribuan peserta, official, dan wisatawan dari 33 provinsi di Indonesia yang ingin berpartisipasi di acara ini. Anda bisa lihat nanti bisnis hotel, oleh-oleh khas Bengkulu, dan catering akan sangat ketiban rezeki (tentu saja saya tahu, karena dulu orang tua saya mendapatkan keuntungan yang begitu besar melalui bisnis ini ketika STQ Nasional dulu diselenggarakan).

Yamg ketiga, sebuah dampak terselubung. Ini terlihat seperti bukan sebuah dampak sepertinya, namun saya hanya bertugas untuk memperingatkan. Ya, karena sebentar lagi juga kita akan menghadapi Pilkada serentak, maka saya memperkirakan akan adanya agenda kampanye gubernur terselubung di acara ini. Who knows?

Baik, dampak keempat inilah yang sebenarnya ingin saya bahas, yaitu dari dampak pariwisata. Acara MTQ Nasional ini sebenarnya juga bertujuan untuk memperkenalkan potensi Bengkulu dan semua yang ada didalamnya, termasuk dari segi pariwisata. Nah, ketika acara ini berlangsung, dan ketika mereka sedang break, tentu saja ribuan 'orang asing' ini akan mencari tempat-tempat wisata di Bengkulu untuk sekedar menghilangkan kejenuhan mereka setelah perlombaan. Tempat-tempat wisata ini akan kebanjiran ribuan pengunjung. Namun, tempat wisata yang secara spesifik akan saya bahas adalah Pantai Panjang. Tempat wisata apalagi yang menjadi andalan paling utama dari Kota Bengkulu selain Pantai Panjang. Nah, dari sini lah saya akan mengupas mengenai Pantai Panjang yang (bersikukuh) dijadikan target sebagai tempat tujuan wisata internasional oleh Pemerintah Bengkulu.

Tulisan saya ini sebenarnya saya tujukan untuk sebuah surat kabar harian di Bengkulu. Namun berhubung ketika itu ada sebuah panggilan beasiswa mendadak yang mengharuskan saya berangkat ke Jakarta, maka saya tunda dulu untuk memposting tulisan ini. Saya harap, Anda yang membaca ini dapat memberikan sedikit komentar agar tulisan ini nantinya akan menjadi layak untuk terbit di media massa.

Have fun for reading, feel free :)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pantai Panjang, Just A Dreaming Wonderland
Oleh: Azhari Kahfi, Pelajar SMAN 5 Bengkulu

Pemerintah Bengkulu beberapa saat ini mengkampanyekan provinsi kita sebagai tempat tujuan pariwisata International. Ini bisa dilihat dari beberapa spanduk yang dapat kita temukan di tempat-tempat publik dan juga dari perombakan infrastruktur yang menghabiskan budget dengan angka “wow”. Namun, apakah sudah tepat jika Bengkulu dikatakan sedang dalam progress dalam menjadikan Bengkulu sebagai tujuan internasional? Jawabannya, BELUM.

Pemerintah kita terlalu memfokuskan kepada poin-poin yang menurut mereka penting, mengeluarkan biaya yang besar untuk itu, tanpa memperhatikan aspek-aspek kecil yang sebenarnya penting. Contoh, stakeholder kita begitu bersemangat menjadikan Pantai Panjang sebagai tempat tujuan wisata internasional, yang menurut mereka pantai ini bisa menjadi tempat alternatif selain Bali. Baik rencana yang bagus, tentu saja kami mendukung. Namun, apakah ini sudah dipikirkan matang-matang?

Pantai Panjang memang pantai yang bagus, tapi mari kita lihat dari sudut pandang yang lain. Pertama, apa yang diinginkan turis domestik dan asing dari sebuah pantai? Berenang, ber-banana boat ria, atau surfing tentu saja. Tapi, alam berkata lain. Pantai kita, dan bahkan seluruh pesisir pantai yang ada di Bengkulu, berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, salah satu samudera paling ganas di dunia. Jangankan turis asing, masyarakat kita yang sudah sangat berpengalaman dengan pantai sekalipun masih banyak yang nyawanya terbuang percuma disini. Apalagi pemerintah Bengkulu tidak memasang batas-batas untuk berenang di sepanjang Pantai Panjang dan alat penyelamat disana. Nah, sekarang apa yang akan terjadi jika para turis asing mencoba untuk berenang disini? Maka Bengkulu akan dikenal sebagai daerah dengan pantai yang paling banyak membunuh pengunjungnya.

Turis asing juga sangat menyukai berjemur di pinggir pantai selain daripada berenang tentunya. Sekarang, mari kita analisis cuaca dan keadaan masyarakat Bengkulu. Cuaca di Bengkulu sangat ekstrim, dengan rata-rata temperatur per hari diatas 30-33 C. Jujur saja, itu sangat panas, apalagi didukung dengan global warming saat ini, dengan sinar matahari yang begitu menusuk. Jika turis asing berjemur disini, jangan harap mereka akan mendapatkan kulit eksotis seperti yang mereka inginkan, bisa-bisa mereka malah akan jadi ikan asin khas Bengkulu :)

Yang ketiga, turis asing akan memakai bikini atau pakaian yang sangat minim jika mereka sedang berada di pantai. Kita tidak akan pernah bisa untuk mencegah hal ini. Apakah mental dan moral masyarakat kita siap untuk menghadapi fenomena ini? Jangan-jangan malah masyarakat se-Bengkulu bakal pindah semua ke pantai hanya untuk melihat “pemandangan” ini ;)

Selain itu, sebuah pantai yang akan dikunjungi wisatawan dari berbagai dunia membutuhkan sarana sesuai dengan keinginan dan standar dunia pula. Mereka membutuhkan shopping arcade di sepanjang jalan di pantai tersebut, tim rescuing professional dengan boat dan helikopter darurat yang selalu siap di saat mereka dalam bahaya, dan orang-orang berkompeten yang juga menguasai bahasa asing. Saya menyaksikan betapa luar biasanya usaha yang sebuah pemerintah lakukan demi untuk mengembangkan pariwisatanya, dan hasilnya tidaklah sia-sia. Anda bisa melihatnya di National Geographic Adventure Channel. Bagaimana dengan Bengkulu, apakah kita punya semua itu? Jangankan untuk itu, untuk memperbaiki jalan rusak saja pemerintah Bengkulu harus berpikir ulang. Saya tidak tahu apakah dalam rangka menyambut acara MTQ Nasional ini pemerintah Bengkulu sudah memperbaiki sebagian ruas jalannya yang rusak parah. Dan bisa kita lihat, shopping arcade yang Bengkulu punya hanyalah BIM yang 'sepi' pengunjung dan warung remang-remang di sepanjang pantai yang mendentumkan musik-musik ala disko yang sangat “khas” dan makanan non-variatif yang “khas” pula, yaitu jagung bakar dan es kelapa muda!

Dan faktor yang terakhir menurut saya adalah mungkin karena sebuah tradisi turun menurun dari masyarakat Bengkulu, sebuah 'kata-kata mutiara' yang khas sekali, yang sulit sekali dihilangkan dan mungkin sudah mendarah daging. Pernahkan Anda sekalian mendengar kata-kata ini?
"BERE SECUPAK, IKAN SEJEREK, KOPI SEGELE, MADAR."
Mungkin kata-kata 'mutiara' inilah yang senantiasa menghambat perkembangan Bengkulu, di segala aspek dan segi apapun. Percaya atau tidak? Silakan dibuktikan.

Atas dasar itulah, ada baiknya pemerintah kita untuk mencari alternatif lain selain Pantai Panjang. Bengkulu masih punya hutan yang lebat, apalagi kita mempunyai Rafflesia Arnoldi, bunga langka terbesar di dunia. Mengapa kita tidak menciptakan wisata flora dengan standar dunia yang menghadirkan sensasi berjalan di hutan liar yang masih terlindungi, yang juga dilengkapi dengan taman hayati yang juga cocok sebagai tujuan tempat penelitian? Bengkulu juga masih memiliki Rejang Lebong, dimana disini masih terdapat bekas tempat penambangan emas. Di beberapa negara di Eropa, mereka memanfaatkan areal bekas gold mining’s site mereka lengkap dengan terowongannya sebagai tempat wisata dunia setelah mereka kelola dengan baik dan mereka sesuaikan untuk menjadi tempat wisata. Bengkulu juga mempunyai peluang yang serupa tentunya jika kita bisa memanfaatkan peluang dengan baik.

Selain itu, perombakan di beberapa bagian dari Bandara Fatmawati Soekarno juga sangat dibutuhkan, karena bandara dan beberapa tempat sebagai pintu gerbang untuk memasuki suatu daerah juga mencerminkan keadaan daerah itu sendiri secara keseluruhan. Contoh, Anda bisa lihat ketika Anda mendarat di Bandara Fatmawati Bengkulu, Anda akan melihat sebuah kolam rawa di depan areal landing yang tidak jelas fungsinya, bahkan terlihat seperti tidak berguna dan menambah kesan 'tidak indah'. Bukankah itu sangat mengganggu? Menurut saya, bandara yang bagus, nyaman, terawat, dan sedap dipandang akan mencerminkan bahwa daerah itu adalah daerah yang sedang dalam proses pembangunan yang sangat maju, terencana, dan baik.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(Sebenarnya saya bukan orang Bengkulu, saya sebenarnya orang Sunda+Jawa, tapi entah mengapa, keinginan saya untuk membangun Bengkulu menjadi tempat yang lebih baik begitu besar. Mudah-mudahan kitalah generasi penerus yang siap membangun dan mengabdi pada Bengkulu.
"I am a part of this Bengkulu, the nationality feel to build Bengkulu is flowing in my vein, and I will come back here, soon.")


Anyway, silakan berkomentar :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar